Kamis, 05 November 2015

Sindrom Klinefelter

MAKALAH
Tes diagnostik molekuler untuk Sindrom Klinefelter
dan kromosom seks
pada laki-laki
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Dosen Pengampu : Yuyun Maryuningsih, S.Si., M.Pd
Mata Kuliah         : Genetika

IAIN Logo
 



     


Disusun oleh :
Nama      : Fatihatul Qolbi
NIM       : 14121620637
Kelas      : Biologi C/V



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2014
KATA PENGANTAR


Alhamdulillahi rabbil’alamin, Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat, Hidayah dan Inayah–Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah Genetika yang berjudul “Tes diagnostik molekuler untuk Sindrom Klinefelter dan kromosom seks pada laki-laki
Banyak pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan tugas makalah ini, sehingga dalam kesempatan ini pemakalah mengucapkan terimakasih kepada :
1.        Ibu Yuyun Maryuningsih, S.Si., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Genetika.
2.        Teman–teman yang telah membantu dalam melaksanakan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat beberapa kekurangan dan untuk itu diperlukan kritik dan saran yang dapat memberikan masukan positif  bagi penyususnan makalah Genetika ini. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya khususnya bagi penyusun dan semua mahasiswa/mahasiswi IAIN Syekh Nurjati.





Cirebon, 1  Oktober  2014



Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................  i
DAFTAR ISI .....................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang  ....................................................................................  1
B. Rumusan Masalah .................................................................................  2
C. Tujuan ...................................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Sindrom Klinefelter............................................................................. 3-10
2.      Diagnosa Sindrom Klinefelter.............................................................. 10
3.      Pengobatan Sindrom Klinefelter........................................................ 10-12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14










BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X. Biasanya laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun berbeda dengan seorang penderita sindrom klinefelter. Umumnya penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll.
Manusia mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 44 kromosom tubuh (autosom) dan 2 kromosom seks (gonosom). Kromosom seks inilah yang membuat kita menjadi laki laki (XY) atau perempuan (XX). Pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi jumlah kromosom yang mulanya berjumlah 46 menjadi 23. Pada tahap tersebut juga terjadi pemisahan kromosom seks, misalnya pada pria XY berpisah menjadi X dan Y begitupun dengan wanita XX menjadi X dan X. Jika terjadi pembuahan pria maupun wanita akan menyumbangkan satu kromosom seksnya begitupun dengan kromosom tubuhnya sehingga terbentuk individu baru dengan 46 kromosom. Pada sindrom klinefelter terjadi gagal berpisah (non-disjunction) oleh kromosom seks pria dan wanita. Sehingga kromosom seks XY yang nantinya menyatu dengan jromosom X dari wanita dalam proses pembuahan sehingga menjadi bentuk abnormal 47, XXY. Selain itu juga dapat terjadi pada saat kromosom wanita menyumbangkan kromosom XX dan pria menyumbangkan Y. 
Selain Non-disjunction genom juga dapat disebabkan oleh gagal berpisah dalam tahap, mitosis terjadinya pembentukan mosaik klinefelter 46,XY/47, XXY. Biasanya bentuk gejala ini pada bentuk mosaik lebih ringan daripada bentuk klasiknya.
Sindrom klinefelter juga dapat gagal berpisah pada saat tahap meiosis yang dimana kromosom seks selama terjadi saat gametogenesis pada salah satu orang tua. Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.
Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan tes diagnostic pada penderita sindrom klinefelter. Tujuan dilakukan tes diagnostic ini alalah agar dapat diketahui apa saja ciri-ciri yang timbul kemudian gejala-gejala apa saja yang dialami penderita. Setelah semuanya diketahui barulan dapat dilakukan pengobatan atau terapi bagi penderita sindrom klinefelter.
B.     Rumusan masalah
1.      Apakah Sindrom klinefelter?
2.      Bagaimana diagnose Sindrom Klinefelter?
3.      Bagaimana pengobatan Sindrom Klinefelter?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apaitu sindrom klinefelter
2.      Untuk mengetahui diagnose Sindrom Klinefelter
3.      Untuk mengetahui pengobatan Sindrom Klinefelter













BAB II
PEMBAHASAN
1.      Sindrom klinefelter
Sindrom klinefelter adalah kelainan genetik yang terdapat dalam seorang pria. Dalam sindrom klinefelter terdapat pertumbuhan seks sekunder yang ditandai dengan tidak berkembangnya seks primer seperti penis dan testis yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada pria seperti lainya. Ciri-ciri yang sering nampak oleh penderita sindrom klinefelter adalah perubahan suara yang umumnya bersuara kecil, tidak tumbuh rambut kemaluan dan biasanya sering tidak subur (infertil) yang diakibatkan dari penambahan kromosom X (Roberts Fraser & Pembrey E Marcus, 1995).
Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas , keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll. ([Anonim].wikipedia. kamis 25 September 2014 pukul 5:36)

http://medicastore.com/images/genetik.jpg
 











§     Gambar 1. Jumlah kromosom pada laki-laki dan perempuan
Manusia mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 44 kromosom tubuh (autosom) dan 2 kromosom seks (gonosom). Kromosom seks inilah yang membuat kita menjadi laki laki (XY) atau perempuan (XX). Pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi jumlah kromosom yang mulanya berjumlah 46 menjadi 23. Pada tahap tersebut juga terjadi pemisahan kromosom seks, misalnya pada pria XY berpisah menjadi X dan Y begitupun dengan wanita XX menjadi X dan X. Jika terjadi pembuahan pria maupun wanita akan menyumbangkan satu kromosom seksnya begitupun dengan kromosom tubuhnya sehingga terbentuk individu baru dengan 46 kromosom. Pada sindrom klinefelter terjadi gagal berpisah (non-disjunction) oleh kromosom seks pria dan wanita. Sehingga kromosom seks XY yang nantinya menyatu dengan jromosom X dari wanita dalam proses pembuahan sehingga menjadi bentuk abnormal 47, XXY. Selain itu juga dapat terjadi pada saat kromosom wanita menyumbangkan kromosom XX dan pria menyumbangkan Y (Levitan M, 1988). 
a.      Sejarah Sindrom klinefelter
Laporan pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry Klinefelter dan rekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston. Ketika itu tercatat 9 pasien laik-laki yang memiliki payudara membesar, rambut pada tubuh dan wajah sedikit, testis mengecil, dan ketidakmampuan memproduksi sperma. Sehingga pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa sindrom yang dialami 9 pasian tersebut dikarenakan kromosom X tambahan pada lelaki sehingga mereka memiliki kromosom XXY. Pada tahun 1970-an, para ilmuwan menyatakan bahwa kelainan klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik yang ditemui pada manusia, yaitu 1 dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki yang dilahirkan akan menderita sindrom ini. ([Anonim] medicastore. kamis 24 September 2014 pukul 07:36).
b.      Profil genetic
Kromosom terdapat di dalam sel dalam tubuh kita. Kromosom mengandung gen-gen, struktur yang memberitakan bagaimana tubuh kita akan tumbuh dan berkembang. Kromosom bertanggung jawab untuk mewariskan sifat dari orang tua kepada anak-anaknya. Kromosom juga menentukan apakah seorang anak yang akan dilahirkan berjenis kelamin perempuan atau pria.
Pada keadaan normal, manusia mempunyai total 46 kromosom dalam setiap selnya, dimana dua dari kromosom tadi akan bertanggung jawab untuk menentukan jenis kelaminnya. Dua kromosom seks ini disebut kromosom X dan Y. Kombinasi dari kedua kromosom seks ini menentukan jenis kelamin dari seorang anak wanita mempunyai dua kromosom X ( XX ), pria mempunyai satukromosom X dan satu kromosom Y ( XY ). [Anonim] newmedicalstudents kamis 25 September 2014 pukul 6:33).
Pada sindroma Klinefelter, masalahnya adalah hasil dari perkembangan jumlah kromosom yang tidak normal, seringkali seorang pria dengan sindroma klinefelter dilahirkan dengan 47 kromosom pada setiap selnya. Kelebihan satu kromosom tersebut adalah kromosom X. Hal ini berarti tidak sebanding keadaan normal yaitu kombinasi kromosom XY, pria ini mempunyai kombinasi kromosom XXY. Karena orang dengan sindroma Klinefelter mempunyai kromosom Y, maka mereka semuanya adalah seorang pria. Kira-kira 1-3 dari semua pria dengan sindroma Klinefelter mempunyai perubahan kromosom lain termasuk kelebihan satu kromosom X. Mozaic Klinefelter sindrom terjadi ketika beberapa sel dari tubuh mendapatkan tambahan kromosom X dan bagian yang lain mempunyai kromosom pria normal. Pria-pria ini dapat  mempunyai gejala yang sama atau lebih ringan dibandingkan dengan Non Mozaic Klinefelter sindrom. Pria dengan tambahan lebih dari satu kromosom X, seperti 48 XXXY, biasanya mempunyai kelainan yang lebih berat dibanding pria dengan 47 XXY. Rata-rata usia ibu hamil yang melahirkan anak dengan sindroma Klinefelter adalah 32,3 tahun (Lynne delisi, dkk.2005. page 16).
c.       Ciri-ciri penderita sindrom klinefelter
Pengaruh dan tanda-tanda sindrom Klinefelter sangatlah bervariasi dan tidak sama pada setiap pria yang mengalaminya. Secara mental penderita klinefelter cenderung memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal, memiliki kepribadian yang kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, biasanya aktivitas yang dilakukan lebih sedikit dari normalnya (hipoaktivitas). Sebagian penderita ini juga terjadi autisme. Hal ini disebabkan karena perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal.
Kecenderungan lain yang dialami penderita klinefelter adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan verbal, serta keterlambatan kemampuan menulis masalah orientasi seksual, ataupun osteopenia atau osteoporosis. Gangguan koordinasi gerakan badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat. Sifat tangan kidal juga lebih banyak ditemui pada penderita sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal. Pada pasien dewasa, kemampuan seksualnya lebih tidak aktif dibandingkan laki-laki normal.




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRtuySn8z5Ld-EQIEQ737SkuQgnGNySp5xASv9Olthhnw_04lt5GlDE6QWhatuWJKCyZAWVnbVCuMygewy87DP5gKVd_5ssNRjSdZqx_QelUrgBv4pieayEIsmxwswqUdpLyHMx3t7NA8/s1600/Klinefelter_syndrome_6.jpg 










·         Gambar 2. Ini adalah ciri-ciri fisik seorang laki-laki penderita sindroma klinefelter. Dapat dilihat dia mempunyai tinggi badan yang lebih dari rata-rata kemudian tidak tumbuh rambut di bagian-bagian tertentu seperti pada jamang ,jenggot ,kumis ketiak , bulu dada dan pada kemaluan. Kemudian payu darahnya berkembang, distribusi lemak seperti perempuan kemudian testis dan penis berukuran kecil.
Gejala klinis dari sindrom klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis (kegagalan memproduksi sperma). Testis yang kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan interstital cell gagal berkembang secara normal. interstital cell adalah sel yang ada di antara sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini juga mengalami defisiensi atau kekurangan hormon androgen, badan tinggi, peningkatan level gonadotropin, dan ginekomastia. Penderita klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi gerak badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan, melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.
Dilihat dari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot yang kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hormon FSH, Esterogen, Testoteron, dan LH.
1)        FSH
Dokter biasanya menyarankan pemeriksaan ini jika pasien memiliki tanda gangguan reproduksi atau kelenjar hipofisis. Dalam beberapa situasi, tes ini juga dilakukan untuk mengkonfirmasi menopause. Tes FSH biasanya dilakukan untuk membantu mendiagnosa masalah dengan perkembangan seksual, menstruasi, dan kesuburan dan diindikasikan juga untuk pasien dengan sindroma klinefelter yaitu laki-laki dengan testis yang tiedak berkembang dan infertilitas.
Nilai rujukan untuk FSH normal adalah berbeda tergantung pada usia seseorang dan jenis kelamin. Berikut adalah nilai rujukan untuk laki-laki mengikut umur:  a) Sebelum pubertas : 0-5 mIU/ml, b) Selama pubertas : 0,3-10,0 mIU/ml,  c) Dewasa : 1,5-12.4 mIU/ml
Pada pasien klinefelter, akan didapatkan nilai FSH yang abnormal.
2)      LH (Luteinizing hormone)
Dokter biasanya menyarankan tes ini dilakukan terutama untuk wanita yang mengalami kesulitan untuk hamil, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan kadar LH yang abormal. Nilai rujukan untuk LH normal adalah: Wanita dewasa : 5-25 IU/L. Kadar LH yang abnormal (meningkat) biasanya ditemukan pada Anorchia (tidak memiliki testis atau testis ada tapi tidak berfungsi (Hypogonadism)).
3)      Testosterone (serum testosterone)
Pada laki-laki, testis memproduksi sebagian besar testosteron yang beredar dalam sirkulasi. Hormon LH dari kelenjar hipofisis meranagsang sel leydig pada testis untuk memproduksi testosteron.  Kadar testosteron biasanya digunakan untuk menilai: a) Pubertasa pada anak laki-laki yang terlalu awal atau terlambat ,            b) Impotensi dan infertilitas pada pria, c) Pertumbuhan rambut berlebihan (hirsutism), dansiklus mentruasi yang tidak teratur pada wanita.








https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK7s9fgrn5ihYziFkkJO4G4m6M7BLzvCiZy9l6cBTkHWb40aO9r7FWeOWbWlkiW9ZpeZQm6sL3DnSUoVvYSfWAA6MIIjWz2GU3TvKFYZThPqoJqqEFn9AXeabh0xMOayC4zs9DtYWdUec/s320/testoteron.jpgNilai rujukan untuk testosterone normal adalah: a) Laki-laki : 300-1200 ng/dl, b) Wanita : 30-90 ng/dl











Gambar 3. Tabel hasil tes testoteron pada penderita Sindrom Klinefelter.
(Karl hager, dkk. 2012. 8 of 10)

4)      Estrogen
Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol (E2), dan estriol (E3). Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk mengetahui aksis hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium dan testis), penentuan waktu ovulasi, menopause dan monitoring pengobatan fertilitas. Waktu pengambilan sampel untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular (preovulasi) dan fase luteal kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium dan tumor adrenal. Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindroma turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan stres, dan sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor interfeernsi yang meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi oral, dan kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene.
Kurangnya hormon androgen, juga hormon testosteron yang rendah yang menyebabkan pertumbuhan otot yang kecil namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan, sehingga tinggi badannya melebihi rata-rata di usianya. Bentuk tubuh dan bulu-bulu pada wajahnya pun tidak berkembang dengan baik. Selain itu penderita juga mengalami pembesaran jaringan payudara (gynecomastia). Sehingga penderita kemungkinan mempunyai resikp kanker payudara yang lebih besar dari pria normal (Degroot LJ, 1995)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigf2E3G1OujwEl7aIwJ6HcbwwI6rJ3bHZcyVfu28hkTFIwZfmolT_zdu3hpdEDVlZ6K7CJ_f6twDehnD00U6uOp5A7bTFL8mYyPaH2gqtqOPOxbMA1I20jEFmIIFaCwmzEBWrlAhoDgd8/s320/0907296p.jpg
 







   Sumber : Blachford L. Stacey, 2001
§  Gambar 4. pembesaran jaringan payudara (gynecomastia)
d.      Gejala Sindrok Klinefelter
 Gejala sindrom klinefelter ini berbeda-beda seuai dengan usia penderita . 1) Pada masa bayi tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah: Kelemahan otot, kelemahan motorik yang lambat, lambat untuk duduk, merangkak danberjalan, keterlambatan dalam berbicara, tenang dan testis bias belum turun ke skrotum saat dalahirkan. 2) Pada anak dan remaja gejala yang ditemukan adalah: Lebih tinggi dari orang sebayanya, tungkai yang lebih panjang, badan yang lebih pendek , panggul lebih lebar,dibandingkan dengan ank laki-laki seusianya, puberitas tidak terjadi, terlambat dan tidak sempurna, setelah puberitas , massa otot , rambut tubuh dan rambut wajah lebih sedikit atau tipis dibandingkan dengan remaja lainnya, testis kecil dan penis kecil, tulang lemah, pemalu, kesulitan dalam mengungkapkan perasaan bersosialisasi, gangguan dalam menulis,  membaca, mengeja atau matematika dan Gangguan dalam memusatkan perhatian. 3) Pada saat dewasa gejala yang ditemukan adalah: Ketidak suburban, testis dan enis kecil, perawakan lebih tinggi dari pria lainnya, tulang lemah, rambut tubuh atau wajah tipis atau sedikit, membesarnya jarngan payudarah dan menurunnya gairah seksual.
Biasanya tidak terjadi keterbelakangan mental tetapi banyak mengalami gangguan berbahasa. Pada masa kanak-kanak mereka seringkali mengalami keterlambatan dalam berbicara. Jika tidak segera di obati, gangguan berbahasa ini dapat menyebabkan kegagalan disekolah dan mengurangi rasa percaya diri. Pengobatan gangguan keterlambatan berbahasa sebaiknya dilakukan pada masa kanak-kanak.


2.      Diagnosa
Diagnois ditegakkan berdasarkan tanda, gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil analisis kromosom (kariotip). Diagnosis dapat ditegakkan pada beberapa keadaan:
1)      Bayi masih berada di dalam kandungan.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan Amniositesis (analisa cairan ketuban). Prosedur ini tidak dilakuan secara rutin tetapi hanya dilakukan ketika terdapat riwayat keluarga dengan kelainan geneti atau usia ibu lebih dari 35 tahun.
2)      Pada awal masa kanak-kanak.
Diduga suatu sindrom klinefer jika seorang anak laki-laki  terlambat berbicara dan mengalami kesulitan dalam berbicara serta menulis. Anak laki-laki dengan XXY tampak lebih tinggi dan kurus serta pasif dan pemalu.
3)      Remaja
Remaja laki-laki akan merasa malu apabila melihat payudarahnya agak membesar karena itu mereka berobat kedokter
4)      Dewasa
Diagnose biasanya merupakan akibat daari kemandulan . pada pemeriksaan fisik testis tampak lebih kecil. Untk memperkuat diagnosis sindrom ini dilakukan pemeriksaan hormone gonadotropin (Bouloux P, 1994).

3.      Pengobatan Sindrom Klinefelter
Meskipun tidak ada cara untuk memperbikan kromosom seks pada sindrom klinefelter. Tetapi terapi dapat meminimalisir efek yang di timbulkan. Semakin awal diagnosis dilakukan dan terapi nya juga dilakukan maka efeknyaa akan semakin membesar. Terapi untu penderita sindrom klinefelter dapat berupa :
1)      Terapi testoteron
Pria dengan sindrom klinefelter tidak dapat menghasilkan hormone testoteron dalam jumlah cukup. Untu itu saat penderita berumur 10-12 tahun. Perlu melakukan pengukuran testoteron dalam darah secara periodic (misalnya setiap tahun). Jika kadarnya rendah (tidak seprti naak laki-laki pada masa puberitas) tau timbul gejala yang di timbulkan oleh metabolism hormone maka perlu  dilakukan pengobatan dengan pemberian hormone testoteron tamahan.
Pemberian hormone testotaeron pengganti membuat tubuh dapat mengalami perubahan yang normalnya terjadi saat puberitas misalnya meningkatnkan massa otot pada penis bertambahnya ranbut bulu dan rambut wajahserta suara yang lebih dalam. Terapi testoterin juga dapa memperbaiki densitas tulang dan mengurangi resiko terjandinya faktur (patah tulang) tetapi terapi ini tidak dapat menambah ukuran testis ataupun memperbaiki kesuburan. Pia dewasa dapat melakuakn fungsi seksual normal (ereksi dan ejakulasi) tetapi tidak dapt menghasilkan sperma dalam jumlah yang normal.
Terapi testoteron juga dapat membantu penderita menjadi lebih percaya diri  lebih mudah menyesuaikan diri di sekolah atau di tempat kerja memiliki dorongan seksual yang lebih besar pengendalian diri lebih baik, dapat berpikir dengan jernih dan mengurangi tremor.
2)      Mengangkat jarinagn payu darah yang membesar
(gynecomastia) jariangan payudara yang berlebihan dapat diangkat dengan melakukan oprasi lastik sehingga memberikan bentuk dada pria yang normal
3)      Terapi bicara dan terapi fisik
Terapi ini dapat membantu anak dalam mengatasi gangguan dalam berbicara, bahasa dan kelemahan otot.
4)      Dukungan pendidikan
Beberapa anak laki-laki yang mengalami sindrom klinefelter mengalami gangguan dalam belajar dan membutuhkan bantuan tambahan
5)      Terapi keluarga
Sebagian besar pria deawsa sindromklinefer tidak dapat memberika keturunan karena tidak ada sperma yang dihasilkan oleh testis. Namuan ada juga pria deawasa dengan sindromklinefer dapat menghasilkan spermadalam jumlah  yang minimal . pria yang masih menghasilkan sedikit sperma masih dapat mendapatkan keturunan dengancara mengambil sperma dari testis dengan biopsy jarum dan menyuntikkan langsung ke sel telur pasangannya.cara lain untuk menghasilka anak adalah dengan mengadopsi satau melakukan pembuahan dengan sperma donor.
6)      Konseling psokologis
Sangat berat bagi seorang pria untuk mengetahui bahwa dirinya memiliki kelainan dan dirinya mengalami ifertilisasi (ketidak suburan). Untuk itu terapi kelurga dan konseling dapat membantu mengatasinya ((lisamosha)”sindrom klinefelter” diakses pada hasi kamis 25 September 2014 pukul 06:56).


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Sindrom klinefelter adalah kelainan genetik yang terdapat dalam seorang pria. Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas , keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll. 
Diagnois ditegakkan berdasarkan tanda, gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil analisis kromosom (kariotip). Diagnosis dapat ditegakkan pada beberapa keadaan. Diantaranya adalah pada awal masa kanak-kanak. Di duga suatu sindrom klinefer jika seorang anak laki-laki  terlambat berbicara dan mengalami kesulitan dalam berbicara serta menulis. Anak laki-laki dengan XXY tampak lebih tinggi dan kurus serta pasif dan pemalu.
Terapi untu penderita sindrom klinefelter dapat berupa : Terapi testoteron, Terapi bicara dan terapi fisik, mengangkat jarinagn payu darah yang membesar, dukungan pendidikan, terapi keluarga dan konseling psokologis.














DATAR PUSTAKA
A. S. Herlihy dan  L. Gillam. 2005. “Thinking outside the square: considering gender in Klinefelter syndrome and 47, XXY”. International  journal of  andrology
Blachford L. Stacey, 2001. “The Gale Encyclopedia of  Genetic Disorders”. International journal Of  Medical Genetic
Bouloux P, 1994. “Diagnostic Tests in Endocrinology and Diabetes”. International journal Of Medical Genetic
Degroot LJ, 1995. “Endocrinology”. International journal Of Pediatric Endocrinology
Karl hager, dkk. 2012. “Molecular diagnostic testing for Klinefelter syndrome and other male sex chromosome aneuploidies” . International Journal Of Pediatric Endocrinology
Levitan M, 1988. “Textbook of Human Genetics”. International journal Of Genetic
Lynne delisi, dkk.2005.“Klinefelter’s Syndrome (XXY) as a Genetic Model for Psychotic Disorders”. American Journal of Medical Genetics Part B (Neuropsychiatric Genetics)
Roberts Fraser & Pembrey E Marcus, 1995.Pengantar genetika Kedokteran. EGC: Jakarta
[Anonim]. 2005. Sindrom_Klinefelter. http://id.wikipedia.org/wiki/  diakses pada hari kamis 25 September 2014 pukul 5:36
[Anonim]. 2004. Sindroma_Klinefelter. http://medicastore.comhtml diakses pada hari kamis 24 September 2014 pukul 07:36
[Anonim]. 2012 . Sindroma Klinefelter. http://newmedicalstudents.blogspot.com diakses pada hari kamis 25 September 2014 pukul 6:33
[Anonim]. 2011. Sindrom-Klinefelter. http://lisamosha.blogspot.comhtml diakses pada hasi kamis 25 September 2014 pukul 06:56


Tidak ada komentar:

Posting Komentar